Minggu, 31 Agustus 2014

Terbang Hingga ke China bersama AirAsia



Hai readers, terima kasih sudah meluangkan waktu untuk membuka dan membaca blog saya.  Ini adalah pengalaman pertama saya menulis dan membagikan tulisan saya di blog. Saya membaca kontes blog “Bagaimana AirAsia Mengubah Hidupmu” dalam perjalanan KL-JKT baru-baru ini, tema yang sangat tepat dengan apa yang saya alami bersama AirAsia. Berikut ini adalah tulisan saya, semoga bisa menginspirasi anda untuk menemukan pengalaman seru versi anda bersama AirAsia.

Saya terlahir di pulau Bangka Belitung yang terkenal indah dengan pantainya. Sejak kecil saya mempunyai rasa keingin tahuan yang sangat tinggi, bahkan membuka peta buta dan membaca buku tentang dunia adalah hobi saya. Waktu kecil, impian saya adalah berkeliling dunia. Tetapi, terlahir di keluarga yang sederhana mengubur keinginan saya. Semakin dewasa, saya menyadari bahwa kondisi keuangan keluarga saya tidak memungkinkan untuk itu. Selain saya adalah anak pertama dari 5 bersaudara, ibu saya hanyalah ibu rumah tangga biasa dan ayah hanya bekerja sebagai buruh harian.

Ketika lulus SMK saya ingin bekerja sehingga tidak memberatkan orang tua, tetapi keberuntungan berpihak kepada saya. Saya bisa kuliah dengan fasilitas beasiswa di salah satu universitas ternama di Jakarta atas rekomendasi Guru di sekolah saya. Mungkin terdengar berlebihan, tetapi waktu itu saya sangat bahagia karena saya bisa melihat kota lain selain tempat tinggal saya.Di masa ini saya hanya bisa ngiler melihat teman-teman kuliah bolak balik luar negri di liburan semester. 

Keinginan untuk jalan-jalan ke luar negri muncul kembali ketika saya bekerja, saat itu selain bekerja saya juga menjalankan Multi Level Marketing. MLM ini menawarkan jalan-jalan ke luar negri gratis yang sangat mewah jika kita mencapai level tertentu.  Saya pun mencari-cari di internet dan harga-harga paket perjalanannya sangat tinggi, tetapi niat saya untuk melihat bagian dunia lain rasanya sudah tidak tertahankan.

Suatu hari, di tahun 2010 saya lupa kapan tepatnya, saya pergi ke toko buku, perhatian saya tertuju kepada satu buku dengan label “populer”  berjudul Naked Traveler, judulnya yang unik menggugah rasa keingintahuan saya. Seperti ditunjukkan jalan, disini mata saya terbuka . Ternyata jalan-jalan itu tidak perlu mahal dan tidak melulu harus melalui tur. Dari sinilah saya mengenal AirAsia, bisa dibilang telat 6 tahun dari sejak Airasia ada di Indonesia. Saya mulai menjelajah internet dan tahu jika ada promo, tiket pesawat ke luar negri bisa sangat murah, bahkan lebih murah dibandingkan tiket pulang kampung saya :D.

Sejak saat itu saya mulai rajin membuka web AirAsia. Karena saya beragama Buddha, saya selalu bermimpi untuk pergi ke PutuoShan, China. Tempat ini merupakan salah satu tempat ziarah bagi umat Buddha seperti Yerusallem untuk umat Kristen atau Mekkah untuk umat Islam. Saya putuskan untuk memberanikan diri, kalau tidak sekarang kapan lagi pikir saya waktu itu. Saya mengajak teman-teman dan mereka sepakat saya yang mengatur dan mempersiapkan perjalanan. Mereka mengusulkan berbagai tempat untuk didatangi. Karena tujuan utama kami ke Putuoshan, kami mencari tempat-tempat yang tidak jauh dari tujuan utama, diputuskanlah untuk pergi ke 4 kota, yaitu Shanghai, Zhu Ji, Putuoshan dan Hangzhou. Akhirnya di tanggal 2 Februari 2012, saya membeli tiket promo airasia untuk penerbangan ke China, tiket Jakarta-Hangzhou pulang pergi langsung dipesan. Kami putuskan untuk berangkat tanggal  13-23 September, untuk tiket PP kami mendapat harga 2,6 juta. Fix kami berangkat berdelapan. Kami sepakat untuk pergi ke China dengan cara bacpacker, artinya disana tanpa agen perjalanan, tanpa hotel mewah dan kemana-mana menggunakan transportasi umum. Menurut saya persiapannya tidak kalah seru dari perjalanan itu sendiri. Dari buku Naked Traveler saya mempelajari bahwa persiapan adalah elemen yang sangat penting. Selain mencari sendiri tempat tujuan wisata, awalnya kami mencari agen perjalanan China melalui internet. Saya menginformasikan kota yang kami tuju, sehingga mereka bisa memberikan rute, tempat-tempat wisata dan transportasi terbaik antar kota. Persiapan 8 bulan merupakan waktu yang cukup untuk berburu hostel nyaman tapi ekonomis di 4 kota, tiket kereta, tempat-tempat wisata, belajar peta, makanan favorit, hingga ke kebiasaan setempat. Kami memastikan rute kami adalah Shanghai-Putuoshan-Zhu Ji dan berakhir di Hangzhou.

Tiba juga waktu yang ditunggu-tunggu, kami berangkat bersama Airasia Indonesia dari Jakarta pukul  11.30 dan transit di Kuala Lumpur selama 4 jam, kemudian bertolak ke Hangzhou dengan Air Asia X pada pukul  17.20 sore waktu setempat. Makanan dan cemilan di Airasia X sangat beragam, saya sangat menyarankan memesan makanan secara online jika naik pesawat AirAsia, selain kita didahulukan harganyapun jadi lebih murah daripada kita membeli langsung. Sesampai di Hangzhou pukul 22.20 (waktu disana lebih cepat satu jam dari Jakarta), kami langsung mencari bus menuju  Shanghai. Kurang lebih 2 jam perjalanan menuju Shanghai kami tempuh. Tiba di terminal bus Shanghai, kami bergegas mencari taksi menuju hostel karena sudah tengah malam. Kondisi disana tidak jauh berbeda dengan indonesia, malam hari banyak taksi-taksi yang memasang tarif tinggi dan tidak menggunakan argo. Untungnya kami tahu bahwa jarak yang ditempuh tidak jauh, sehingga tidak mungkin 1 taksi tarifnya 100 yuan (1 yuan 1800 rupiah). Kami dibantu orang Indonesia yang kuliah disana untuk mencari taksi diluar terminal, dengan argo 1 taksi harganya kurang lebih 25 yuan. Tengah malam berada di jalanan Shanghai, kami melihat pemandangan yang tidak akan dilihat di Jakarta, jalanan disemprot dengan air dan dibersihkan seperti di pel menggunakan mesin. Kami tiba di hostel dan tempatnya lumayan bersih, hostel kami dekat dengan Subway. Sehingga memudahkan untuk transportasi. Di Shanghai kami mengunjungi Buddha Jade, Yuyuan Garden, Pearl Tower, People Square dan berfoto di the Bund. Kami juga sempat mengambil tur setempat untuk berwisata ke kota air Suzhou. Kemudian kami melanjutkan perjalanan ke Gunung Putuo (Putuoshan), perjalanan kami tempuh lewat bus dan kemudian dilanjutkan dengan kapal ferry cepat. Saya akhirnya sampai ke tempat impian saya, kami langsung ke Standing Kuan Yin, yang merupakan Kuan Yin terbesar disini dan menghadap ke laut. Kami tidak dapat menahan rasa haru dan meneteskan air mata. Perjuangan sampai kesini bisa dibilang tidak mudah, mendekati saat pergi saya mengalami masalah keuangan, teman saya hampir tidak berangkat karena hamil 4 bulan (waktu membeli tiket dia belum hamil), ada yang izin cutinya dikurangi hingga memutuskan bolos beberapa hari, ada yang harus meninggalkan anak-anaknya karena suami istri berangkat, hingga ada yang kakinya keseleo karena jatuh dari tangga hostel di Shanghai. Tetapi semua bisa kami lewati dan sampai hingga Putuoshan, tidak lupa kami berdoa mengucap syukur dan bermeditasi disana. Pengalaman spiritual kami dapatkan disana. Dari Putuoshan kami lanjutkan menuju Zhu Ji menggunakan kereta, disini kami mengenal teman baru namanya Vie Ly, dia bahkan mengundang kami untuk makan bersama. Dia takjub mendengar cerita kami yang ke China sendirian, terinspirasi, dia bahkan berencana untuk pergi ke Bali suatu hari nanti. Dari Zhu Ji kami teruskan ke tujuan terakhir kami Hangzhou, disini selain melihat tempat-tempat bersejarah tak lupa kami menonton pertunjukkan, karena sebagian pertunjukkan terkenal di China berada di kota ini. Kami menonton Impression of Westlake Show dan the romance of Song Dynasty, tiket bisa dibeli online atau langsung dengan harga yang tidak jauh berbeda.  



Di empat kota ini kami seperti tidak mengenal lelah, seakan-akan tidak mau rugi semua tempat kami jelajahi . Banyak kejadian-kejadian lucu dan tidak terlupakan kami alami. Kekalapan kami berbelanja di Shanghai padahal hanya membawa koper kecil, alhasil semua kerepotan karena kami masih harus berjalan ke tiga kota lagi. Tidak tahannya kami terhadap joroknya toilet China, terutama di tempat-tempat umum. Serunya berbelanja di pasar-pasar tradisional China, kami menggunakan kalkulator untuk menawar dan menunjukkan harga. Wajah kebingungan kami ketika berada di restoran China, berkomunikasi menggunakan gambar dan mencari kata-kata di google. Kerepotan salah satu teman kami yang harus membawa kursi portabel kemana-mana karena istrinya hamil, apalagi sang istri bersikeras mengikuti kemana pun kami pergi, dan kejadian terakhir yang tidak pernah terlupakan adalah ketika kami memesan mobil dari Hostel di Hangzhou menuju bandara. Kami memesan mobil yang cukup untuk delapan orang termasuk bagasi, pihak hostel menyetujui dan mengatakan akan memesan mobil dengan kapasitas 11 orang. Ketika hari pulang tiba, mobil sewaan datang telat 15 menit dan kami kaget dengan kondisi mobil yang hanya cukup untuk 8 orang tanpa bagasi dan itupun sempit. Kami sangat marah tapi apa hendak di kata, karena waktu sudah mepet, kami tidak punya pilihan lain. Para wanita sempit-sempitan di bangku tengah berempat (termasuk ibu hamil) dan bagasi dipangkuan para lelaki di bangku belakang, mereka harus menanggung berat bagasi dan berdesak-desakan hingga 1 jam, sesampai di bandara semua badan kami sudah tidak bisa diluruskan. Sungguh sebuah perjalanan yang tidak terlupakan, jika bukan karena tiket murah AirAsia mungkin kami tidak akan sampai ke China.

Dari perjalanan ini saya berpikir pasti banyak juga mereka yang mau jalan-jalan ke luar negri tapi tidak punya uang banyak. Hal ini memotivasi saya untuk membuat tur ekonomis sejenis backpacker tour, tentunya dengan AirAsia sebagai maskapai penerbangannya. Tiket biasanya dibeli dengan harga promo dan penerbangan masih 5-6 bulan kedepan, sehingga mereka bisa mencicil untuk biaya tur. Sampai saat ini saya sudah mengadakan tur ke Singapura, Bali ( teman kami yang berasal dari Zhu Ji China akhirnya memutuskan ke Bali bersama AirAsia, mereka membeli sendiri tiket secara online) dan berikutnya adalah Thailand. Mengadakan tur membuat saya bisa melihat bagian dunia lain, tetapi saya tidak pergi sendiri melainkan bersama dengan mereka yang mempunyai keinginan yang sama.

Ketika saya tahu AirAsia membuat kontes menulis blog ini, saya langsung tertarik dengan hadiah jalan-jalan ke Nepal, karena disana adalah tempat kelahiran Sang Buddha Sidharta Gautama, hal inilah yang memotivasi saya menulis untuk pertama kalinya. Terima kasih AirAsia, selamat ulang tahun yang ke-10 semoga tetap membuat semua orang bisa terbang bersama AirAsia.